Rabu, 02 Maret 2011

Metode Diskusi


DISKUSI
A.    Pengertian Diskusi
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih/kelompok. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.
            Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.  Jadi dapat dikatakan bahwa dalam sebuah metode diskusi kita berkumpul bersama dan memcari problem solution dan sekaligus kita dapat dikatakan problem solfing  Pembelajaran  yang menggunakan metode diskusi  merupakan pembelajaran yang bersifat  interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251). banyak sekali masalah yang dihadapi oleh manusia; sedemikian kompieksnya masalah tersebut sehingga tak mungkin hanya dipecahkan dengan satu jawaban saja. tetapi kita harus menggunakan segala pengetahuan kita untuk memberi pemecahan yang terbaik. Ada kemungkinan terdapat lebih-dari satu jawaban yang benar sehingga harus menemukan jawaban yang paling tepat di antara sekian banyak jawaban tersebut.
            Dalam Diskusi Kecakapan untuk memecahkan masalah dapat dipelajari.-Untuk iru siswa harus dilatih sejak kecil. Persoalan yang kompleks sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat, karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar kerjasama. Dalam hal ini diskusi merupakanjalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik. Selain memberi kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat. Hasil-hasil  penelitian tentang penggunaan metode  diskusi kelompok oleh Lorge, Fox, Davitz, dan Brenner  (Davies, 1984:237--239) dapat disimpulkan dalam rangkuman berikut.
a.        Mengenai  soal-soal  yang  berisiko,  keputusan  kelompok lebih radikal dari pada keputusan perorangan.
b.       Kalau ada pelbagi pendapat tentang sebuah soal yang masih baru, maka pemecahan kelompok lebih tepat daripada  pemecahan  perorangan tetapi tidak  selalu  demikian  kalau soalnya biasa-biasa saja.
c.        Kalau  bahan  persoalan bukan materi baru,  dan  anggota-anggota kelompok mempunyai keterampilan dalam  memecahkan soal-soal  sejenis, pemecahan kelompok lebih  baik  dari pemecahan  oleh  anggota  masing-masing,  tetapi  kadang-kadang  pemcahan  anggota yang paling cerdas  lebih  baik lagi.
d.       Kebaikan utama diskusi kelompok bukanlah pengajuan banyak pendekatan, melainkan penolakan terhadap pendekatan  yang tidak  masuk  akal. (Konklusi ini  tidak  berlaku  untuk "brain storming").
e.        Yang  memperoleh keuntungan dari diskusi kelompok,  ialah siswa-siswa yang lemah dalam pemecahan soal.
f.        Superioritas kelompok merupakan fungsi dari kualitas tiap anggota kelompok. Sebuah kelompok dapat diharapkan  memecahkan sebuah soal, kalau sekurang-kurangnya satu anggota dapat memecahkan soal itu secara individual, sekalipun ia memerlukan lebih banyak waktu.
g.       Dalam hal waktu, metode kelompok biasanya kurang efisien. Kalau anggota-anggota  saling  percaya  dan  bekerjasama dengan  baik,  maka kelompok dapat  bekerja  lebih  cepat daripada kerja perorangan.
h.       Kehadiran  orang  luar  mempengaruhi  prestasi   anggota-anggota kelompok. Kalau kelompok itu bekerjasama  secara harmonis,  dan orang luar bergabung dengan kelompok,  hal itu  mempunyai  pengaruh positif; kalau  kerja  sama  itu tidak  harmonis,  maka kehadiran itu  merusak, jika  dia hanya bertindak sebagai pendengar saja.
i.         Dengan  metode  diskusi  perubahan  sikap  dapat  dicapai dengan lebih baik daripada kritik langsung untuk mengubah sikap  yang diharapkan. Metode diskusi juga  paling  baik untuk memperkenalkan inovasi-inovasi atau perubahan.
j.         Kalau  dipakai  struktur pembahasan  yang  cocok  dengan tugas,  dan cukup waktu untuk  meninjau  persoalan  dari segala  segi,  serta jika  anggota-anggota  tidak  saling mengevaluasi, maka diskusi kelompok terbukti lebih  kreatif  daripada  belajar perorangan. (Kondisi-kondisi  ini terdapat pada "brain storming").
Bertolak  dari hasil-hasil penelitian tersebut di  atas menyokong  asumsi bahwa keunggulan metode  diskusi  terletak pada efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran  tingkat  tinggi dan tujuan  pembelajaran  ranah  afektif (Davies, 1984: 239). Karena itu, ada tiga macam tujuan  pembelajaran  yang cocok melalui penggunaan metode  diskusi:(1) penguasaan bahan pelajaran, (2) pembentukkan dan  modifikasi sikap,  serta  (3) pemecahan masalah (Gall dan  Gall,  dalam Depdikbud, 1983:28).
B.     Macam_Macam Diskusi
Diskusi ditinjau dari tujuannya dibedakan menjadi:
a)    The Social Problem Meeting, merupakan metode pembelajaran dengan tujuan berbincang-bincang menyelesaikan masalah sosial di lingkungan
b)    The Open ended Meeting, berbincang bincang mengenai masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dimana kita berada
c)    The Educational Diagnosis Meeting, berbincang-bincang mengenai tugas/pelajaran untuk saling mengoreksi pemahaman agar lebih baik.
C.    Bentuk-Bentuk Diskusi
a)            Whole Group, merupakan bentuk diskusi kelompok besar (pleno, klasikal,paripurna dsb.)
b)            Buz Group, merupakan diskusi kelompok kecil yang terdiri dari (4-5) orang.
c)            Panel, merupakan diskusi kelompok kecil (3-6) orang yang mendiskusikan objek tertentu dengan cara duduk melingkar yang dipimpin oleh seorang moderator. Jika dalam diskusi tersebut melibatkan partisipasi audience/pengunjung disebut panel forum.
d)           Syndicate Group, merupakan bentuk diskusi dengan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang yang masing-masing melakukan tugas-tugas yang berbeda.
e)            Brainstorming, merupakan diskusi iuran pendapat, yakni kelompok menyumbangkan ide baru tanpa dinilai, dikritik, dianalisis yang dilaksanakan dengan cepat (waktu pendek).
f)             Simposium, merupakan bentuk diskusi yang dilaksanakan dengan membahas berbagai aspek dengan subjek tertentu. Dalam kegiatan ini sering menggunakan sidang paralel, karena ada beberapa orang penyaji. Setiap penyaji menyajikan karyanya dalam waktu 5-20 menit diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari audience/peserta. Bahasan dan sanggahan dirumuskan oleh panitia sebagai hasil simposium. Jika simposium melibatkan partisipasi aktif pengunjung disebut simposium forum. 7. Colloqium, strategi diskusi yang dilakukan dengan melibatkan satu atau beberapa nara sumber (manusia sumber) yang berusaha menjawab pertanyaan dari audience. Audience menginterview nara sumber selanjutnya diteruskan dengan mengundang pertanyaan dari peserta (audience) lain Topik dalam diskusi ini adalah topik baru sehingga tujuan utama dari diskusi ini adalah ingin memperoleh informasi dari tangan pertama.
g)            Informal Debate, merupakan diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2 kelompok yang pro dan kontra yang dalam diskusi ini diikuti dengan tangkisan dengan tata tertib yang longgar agar diperoleh kajian yang dimensi dan kedalamannya tinggi. Selanjutnya bila penyelesaian masalah tersebut dilakukan secara sistematis disebut diskusi informal. Adapun langkah dalam diskusi informal adalah : (1). menyampaikan problema; (2). pengumpulan data; (3). alternatif penyelesaian; (4). memlilih cara penyelesaian yang terbaik.
h)            Fish Bowl, merupakan diskusi dengan beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang  ketua mengadakan diskusi untuk mengambil keputusan. Diskusi model ini biasanya diatur dengan tempat duduk melingkar dengan 2 atau 3 kursi kosong menghadap  peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi sehingga  seolah-olah peserta melihat ikan dalam mangkok.
i)              Seminar, merupakan kegiatan diskusi yang banyak dilakukan dalam pembelajaran. Seminar pada umumnya merupakan pertemuan untuk membahas masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui diskusi dan pengkajian untuk mendapatkan suatu konsensus/keputusan bersama. Masalah yang dibahas pada umumnya terbatas dan spesifik/tertentu, bersifat ilmiah dan subject approach.
j)              Lokakarya/widya karya, merupakan pengkajian masalah tertentu melalui pertemuan dengan penyajian prasaran dan tanggapan serta diskusi secara teknis mendalam. Dalam diskusi ini bila perlu diikuti dengan demonstrasi/peragaan masalah tersebut. Peserta lokakarya pada umumnya para ahli. Tujuannya mendapatkan konsensus/keputusuan bersama mengenai masalah tersebut. Telaahnya : Subject matter approach.
D.    Jenis-jenis Diskusi
1)     Buzz Group
Suatu kelas yang besar dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil 4 atau 5 orang. Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga siswa saling berhadapan untuk memudahkan pertukaran pendapat. Diskusi ini dapat diadkan di tengah-tengah atau akhi
2)      Fish Rowt
Diskusi terdiri dari beberapa orang peserta yang dipimpin oleh seorang ketua. Tcmpat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosonu menghadap peserta, seolah-olah menjaring ikan dalam sebuah mangkuk (fish boxvli. Kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat duduk di kursi kosong tersebut. Ketua mempersilahkan berbicara dan setelah selesai kembali ketempat semula.
3)      Whole Group
Suatu kelas merupakan satu kelompok diskusi dengan jurnlah anggota tidak lebih dari 15 anggota.
4)     Syndicate group
Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang. Guru menjelaskan garis besar masalah dengan aspek-aspeknya. kemudian tiap kelompok bertugas membahas suatu aspek tertentu dan membuat kesimpuian untuk diiaporkan dalam sidang pleno serta didiskusikan lebih lanjut.
5)      Brainstorming
Merupakan suatu diskusi di mana anggota kelompok bebas menyumbangkan ide-ide baru terhadap suatu masalah tertentu. di bawah seorang ketua. Semua ide >ang sudah masuk dicatat. untuk kemudian diklasifikasikan menurut suatu urutan tertentu. Suatu saat mungkin ada diantara ide baru tersebut yang dirasa menarik untuk dikembangkan.
6)      Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua team yang agak sama besarnya unluk memperdebatkan suatu bahan yang problematis, tanpa memperhatikan peraturan diskusi panel.
7)     Colloqinin
Merupukan suatu kegiatan dimana siswa’mahasiawa dihadapkan pada nara sumber untuk mengajukan pertanyaan. selanjuinya mengandung perianyaan-penanyaan tambahan dari sisxva. mahasisxva yang lain. Pelajaran dengan maksdu untuk memperjelas bahan pelajaran yang telah diterima.
E.     Hal- hal yang dibutuhkan dalam sebuah metode diskusi
Ada beberapa hal yang di butuhkan dalam sebuah metode duskusi yaitu:
a.    Materi yang akan dibahas.
Dalam hal ini sebelum mengadakan sebuah metode diskusi siswa sebaiknya sudah tahu masalah apa yang akan mereka tahu sehingga mampu membuat sebuah narasi dari permasalahan tersebut dan membuat suatu batasan dari materi yang akan mereka presentasikan.
b.   Presedium Sidang ( Pimpinan Diskusi)
    Pemimpin diskusi dapat dipegang oleh guru sendiri, tetapi dapat juga diserahkan kepada siswa bila guru ingin memberi kesempatan kepada siswa unluk belajar memimpin. Kecakapan memimpin diskusi memang harus dilatih, bila kita menginginkan keberhasilan suatu diskusi. Prof. DR. Winarno Surakhmad dalam bukunya “Metodologi Guruan Nasional” mengemukakan tiga peranan pemimpin diskusi ialah sebagai : 1) pengatur lalu lintas 2) dinding penangkis. 3)penunjuk jalan
Pemimpin sebagai pengatur lalu lintas Sebagai seorang pemimpin. la berhak untuk:
-    Menunjukkan pertanyaan-pertanyaan kepada anggota
-    Menjaga agar tidak semua anggota bicara secara serempak
-    Mencegah dikuasai’nya pembicaraan oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara
-    Membuka kesempatan bagi anggota yang pemalu atau pendiam untuk menyumbangkan ide-ide mereka
-    Mengatur sedemikian sehingga setiap pembicaraan dapat ditangkap dengan jelas oleh pendengar.
F.     Peluang (Kelebihan) Menggunakan Metode Diskusi
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
a)      Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b)      Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
c)      Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali.
d)     Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
e)      Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis
G.    Tantangan (Kelemahan) Menggunakan Metode Diskusi
                   Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan,
di antaranya:
a)      Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
b)      Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
c)      Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi
d)      Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
e)      Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran atau bias saja menimbulkan permusuhan dalam kelas.

Metode Ceramah


METODE CERAMAH (PREACHING METHOD)

A.  Pengertian
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya. Adapun pendapat beberapa para ahli yaitu: Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Muhibbin Syah, 2000).
 Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Alat interaksi yang utama dalam hal ini adalah berbicara. Dalam ceramahnya kemungkinan guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan, akan tetapi kegiatan belajar siswa yang utama yaitu mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok pokok penting yang dikemukakan oleh guru.
Tujuan. Penggunaan Metode Ceramah Penggunaan metode ceramah memiliki beberapa tujuan. Tujuan penggunaan metode ceramah untuk pembelajaran adalah berikut ini (Turney, dalam Moedjiono, dkk, 1996).
1.    Untuk mengarahkan siswa memperoleh pemahaman yang jelas tentang masalah yang dihadapi.
2.    Untuk membantu siswa memahami generalisasi, rules, prinsip berdasar penalaran dan objektivitas.
3.    Untuk melibatkan siswa dalam berpikir melalui pemecahan masalah
4.    Memperoleh umpan balik dari siswa tentang kualitas pemahamannya dan mengatasi kesalah pahaman
5.    Untuk membantu siswa dalam apresiasi dan memperoses penalaran serta penggunaan bukti dalam memecahkan keraguan.

B.   Prinsip-prinsip Penggunaan Metode Ceramah
     Agar pelaksanaan metode ceramah efektif, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru, yaitu:
1.    Penyiapan bahan ceramah secara matang.
2.    Pemberitahuan kepada siswa tujuan belajar yang akan dicapai.
3.    Penggunaan bahan pengait untuk memahamkan anak tentang keterkaitan bahan ceramah dengan pengetahuan yang telah dipahami anak sebelumnya.
4.    Penyajian penjelasan awal secara garis besar (review) materi yang akan diceramahkan.
5.    Penjajagan pengetahuan prasyarat yang telah dikuasai siswa.
6.    Penyajian bahan ceramah diselingi tanya jawab, penggunaan peraga, ilustrasi dan contoh  yang relevan.
7.    Penilaian secara bertahap pada setiap satuan bahasan.
8.    Pemberian kesempatan kepada anak untuk mengajukan pertanyaan, tanggapan dan kritik.
9.    Penciptaan hubungan guru dengan siswa secara harmonis, terbuka, penuh humor, dan kegembiraan.
10. Penciptaan iklim sosio-emosional kelas secara hangat.
11. Memberikan rangkuman atau kesimpulan pada setiap akhir satuan bahasan dan akhir ceramah.
12. Memberikan tugas-tugas lanjutan kepada siswa.

Tantangan terbesar dalam pembelajaran dengan metode ceramah adalah menjaga perhatian anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perhatian anak cenderung menurun tajam untuk mendengarkan ceramah yang disampaikan guru dalam waktu lebih dari dua puluh menit (Budiardjo, 1994:15). Mengingat hal itu, guru memerlukan teknik-teknik khusus dalam berceramah agar perhatian anak tetap terjaga. Untuk mempertahankan perhatian anak terhadap materi ceramah, guru dapat memvariasikan gaya mengajarnya. Gaya mengajar yang dapat divariasikan meliputi berikut.

1.    Variasi gerak dan perubahan posisi guru selama ceramah berlangsung. Guru selama berceramah perlu bergerak dan mengubah -ubah posisi secara dinamis.Guru berceramah dengan diam di tempat, cenderung membosankan anak, sehingga dapat menurunkan perhatiannya.
2.    Variasi suara guru untuk menghindari kemonotonan. Suara guru yang monoton, tidak menarik perhatian anak. Oleh karena itu, suara guru dalam berceramah perlu divariasikan nada dan tekanannya agar tidak membosankan anak.
3.    Menjaga kontak pandang dengan anak secara merata, sehingga setiap anak merasa memperloreh perhatian.
4.    Penggunaan teknik diam sejenak manakala ada gejala anak meninggalkan perhatiannya terhadap ceramah yang disampakan guru. Hilangnya perhatian anak biasanya ditandai dengan munculnya pembicaraan anak dengan teman dekatnya tentang hal-hal diluar materi yang diceramahkan guru. Untuk mengembalikan perhatian anak akibat kasus tersebut, guru dapat menggunakan teknik diam sejenak. Dengan teknik tersebut, siswa akan memperbarui perhatiannya kembali.
5.    Penggunaan teknik gestural. Selama berceramah guru perlu memanfaatkan anggota tubuhnya seperti tangan, kepala dan tubuh untuk memvisualisasikan konsep -konsep tertentu yang sedang diceramahkan.
6.    Mengekspresikan mimik dengan ekspresi tertentu yang menggambarkan makna tertentu. Ekspresi mimik dapat digunakan pula untuk menggambarkan antusiasme dan keyakinan guru terhadap materi yang diceramahkan.

C.  Peluang Metode Ceramah
1.    Guru mudah menguasai kelas. Pada metode ceramah hanya guru yang berbicara, maka ia dapat menentukan sendiri arah pembicaraan.
2.    Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
3.    Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4.    Mudah dilaksanakan.
5.    Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana
6.    Dalam metode ceramah organisasi kelas sederhana. Dengan ceramah, persiapan satu -satunya bagi pengajar adalah buku catatannya. Pada seluruh jam pelajaran berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas.
D.  Tantangan Metode Ceramah
1.    Membuat siswa pasif.
2.    Mengandung unsur paksaan kepada siswa.
3.    Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985).
4.    Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
5.    Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik.
6.    Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
7.    Bila terlalu lama membosankan. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).